Rabu, 21 Januari 2009

Potensi Pohon Aren yang Multi-Guna


Global Warming Saatnya Pemerintah Mengedepankan Perkebunan dan Pertanian

Pemanasan global (global warming) adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi akibat meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Pemanasan diikuti perubahan iklim (climate change) yang acap sangat ekstrem. Perubahan iklim ditandai curah hujan yang berlebihan hingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan pada periode lain, perubahan iklim membuat musim kemarau menjadi sangat kering.

Dalam sepuluh tahun terakhir, banjir telah menghilangkan jutaan nyawa manusia dan meluluhlantakkan harta harta benda bernilai triliunan rupiah. Sementara kemarau panjang yang ditandai kenaikan suhu udara menyebabkan sebagian tanaman dan hewan musnah.

Akhir-akhir ini, kata efek rumah kaca, pemanasan global, dan perubahan iklim menghiasi pemberitaan media massa. Ini merupakan cerminan tanggung jawab media massa terhadap bumi dan lingkungan hidup manusia. Bumi dan isinya bukan hanya milik generasi sekarang, melainkan juga milik anak cucu. Milik umat manusia sepanjang masa. Karena itu, bumi harus dijaga dan kelestarian lingkungan harus menjadi komitmen.

Bumi fana ini dikelilingi atmosfer dan pada lapisan atmosfer terdapat selimut gas. Bumi dan lapisan yang menutupnya bagaikan sebuah gelas kaca. Panas bumi yang memasuki bumi dengan menembus gelas kaca itu berupa radiasi gelombang pendek. Sebagian cahaya matahari diserap bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke angkasa sebagai radiasi gelombang panjang. Panas yang dipantulkan bumi ke angkasa menyentuh permukaan gelas kaca dan terperangkap di bumi. Gelas kaca memang berfungsi menahan panas. Tanpa proses itu, bumi akan teramat dingin.

Namun, petaka terjadi manakala panas yang terperangkap di gelas kaca menjadi terlalu banyak dan konsentrasinya terus meningkat. Panas matahari yang tidak dapat dipantulkan kembali oleh bumi ke angkasa akan meningkat pula, sehingga bumi pun menjadi kian panas.

Proses inilah yang disebut efek rumah kaca dan efek rumah kaca menyebabkan global warming. Selanjutnya, efek global warming menyebabkan climate change, dan perubahan iklim menimbulkan berbagai masalah bagi lingkungan, makhluk hidup, dan manusia.

Jika masih dalam kadar tertentu, efek rumah kaca sesungguhnya bermanfaat bagi makhluk hidup. Tapi, dengan meningkatnya industrialisasi, transportasi, dan berbagai aktivitas manusia yang menggunakan BBM dan energi listrik berbasis fosil, konsentrasi gas rumah kaca menjadi berlebihan. Bumi makin panas.

Salah satu jenis gas rumah kaca yang memberikan kontribusi paling besar terhadap emisi gas rumah kaca adalah karbondioksida. Sebagian besar karbondioksida disumbangkan oleh pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batubara) di sektor industri, pembangkit listrik, transportasi, dan pembakaran hutan.

Pembangkit listrik tenaga batubara adalah penghasil terbesar karbondioksida. Pembangkit listrik tenaga batubara membuang energi dua kali lipat dari energi yang dihasilkan. Setiap 1.000 megawatt energi yang dihasilkan pembangkit listrik bertenaga batubara akan membuang emisi 5,6 juta ton karbondioksida per tahun.

Peringkat kedua adalah penggunaan BBM oleh kendaraan bermotor. Kendaraan yang mengkonsumsi 7,8 liter premium per 100 km akan mengemisi 3 ton karbondioksida. Jika di Jakarta terdapat 3,6 juta sepeda motor dan 2,3 juta mobil, berapa emisi karbondioksida ke udara?

Kontribusi negara maju terhadap pemanasan global jauh lebih besar dibanding negara berkembang. Berbagai penelitian menunjukkan, emisi karbondioksida negara maju 25 kali lebih besar dari negara berkembang. Dari semua negara maju, AS, Kanada, Jerman, Inggris, dan Jepang merupakan kontributor karbondioksida terbesar.

AS menyumbang 720 juta ton gas rumah kaca atau 25% dari total emisi karbondioksida dunia. Emisi gas rumah kaca pembangkit listrik di AS jauh lebih besar dari total emisi 146 negara berkembang. Itu sebabnya, AS dan negara maju lainnya menjadi targat utama Protokol Kyoto.

Fakta ini sekaligus memperlihatkan ketidakadilan yang membuat hati kita pedih. Apa dosa negara-negara kecil di Samudera Pacifik jika pemanasan global menenenggelamkan pulau-pulau mereka yang kecil itu, padahal konsumsi energi fosil mereka begitu minim, tiada artinya?

Ada yang bertanya, bagaimana potensi ekonomi tanaman aren di Indonesia? Jawab saya: sangat besar! Ini bukanlah sekedar jawaban optimis tanpa dasar alias OMDO ( omong doang). Mengingat tanaman ini sudah lama dikenal masyarakat, tersebar hampir diseluruh dataran Indonesia dan tidak memerlukan banyak perawatan, tidak begitu sulit dipahami bahwa sesungguhnya aren berpotensi mengurangi jumlah kemiskinan ( poverty alleviation) melalui optimalisasi pemanfaatan tanaman. Ini bisa dilakukan dari tingkat rumah tangga petani.

Sangat menarik mempelajari potensi ekonomi tanaman ini, ia mirip pohon kelapa, setiap bagian dari pohonya sangat bermanfaat.

Contoh, buah aren muda yang diproses melalui teknologi sederhana menghasilkan buah kolang-kaling. Buah berwarna bening keputihan ini bisa diolah menjadi aneka panganan ringan. Sebut saja manisan kolang-kaling. Distribusinya selain di pasar-pasar tradisional, kolang-kaling sudah lama menembus pasar swalayan. Dijual dalam kemasan menarik bahkan tak jarang diberi bahan pewarna makanan untuk menarik perhatian calon pembeli. Selain itu, temukan kolang kaling dalam es campur dan skoteng. Iseng-iseng coba perhatikan setiap gerobak es campur di seluruh Indonesia, dimanapun mereka berjualan, kolang-kaling tidak pernah ketinggalan sebagai unsur pelengkap isi. Kolak kolang-kaling di bulan puasa, dicampur sedikit santan dan gula aren, rasanya manis, legit dan krenyes-krenyes kala dikunyah, penuh serat dan kaya nutrisi.

Lalu ijuk pohon aren dipakai orang untuk membuat sapu, sikat, atap cottages atau hiasan2 interior lainnya. Ijuk yang dipakai untuk keperluan ini berasal dari pohon aren muda dan belum mengeluarkan bunga. Tekstur ijuk dari pohon aren muda halus dan lentur. Sementara yang berasal dari pohon tua, ijuknya kasar dan warna hitamnya tidak begitu menarik.

Akar tanaman aren bisa dipakai untuk membuat anyam-anyaman. Rendam lebih dahulu dalam air hingga kulitnya mengelupas lalu dibelah-belah. Para sais delman jaman dahulu kala memanfaatkan akar tanaman aren sebagai pecut kuda. Selain itu akar aren sering dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional penghancur batu kandung kemih.

Daun mudanya digunakan kaum aki-aki dipedesaan sebagai pembungkus tembakau. Namanya rokok kawung. Belum lagi, lidi, pelepah dan batangnya sebagai penghasil tepung ( pati aren)

Terakhir adalah tandan bunga yang disadap niranya sebagai bahan baku GULA SEMUT atau PALM SUGAR.

Menurut kajian BPPT Banten, dalam setahun setiap pohon aren bisa memproduksi nira 300-400 liter / tandan bunga. Setiap tandan bunga mampu menghasilkan nira 300-400 liter per musim bunga ( selama 3- 4 bulan). Jadi dalam satu pohon aren mampu menghasilkan nira kurang lebih 900-1.600 liter / tahun. dan untuk setiap liter nira dapat di olah menjadi sekitar 0.15 - 0.17 kg gula semut. Harga setiap kilogram gula semut ditingkat kebutuhan industri pangan saat ini kurang lebih Rp. 9.000,-/ kg, untuk ekspor di pasar Swiss dan Eropa, tidak kurang dari Rp. 30.000,-/kg. Sekalipun daya serap pasar retail lokal terhadap gula semut belum tinggi, terkendala dengan harga yang lebih tinggi dari gula pasir, diharapkan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap gula alami sebagai bahan pemanis, gula semut diharapkan mampu mengisi celah ini.

Kita memiliki jutaan batang tanaman aren yang tersebar dari Sabang- Merauke. Jika tanaman ini di kelola dengan layak, potensi ekonominya sebagai upaya pengurangan penduduk miskin bukanlah hal mustahil.

Selain sebagai obat tradisional Aren atau benda dalam bahasa Kutai,akar nya sangat tinggi dalam penyerapan air sehingga sangat cocok untuk Kaltim yang sering menjadi langganan banjir di setiap adanya hujan,..baik itu daerah Kutai Kartanegara,Balikpapan,Samarinda,dan sekitarnya.

Dan saya yakin jika pemerintah Kaltim mengembangkan dan menanam Aren ini tidak hanya petani tetapi masyarakat di perkotaan Samarinda dan sekitarnya juga di untungkan dengan berkurangnya banjir,..Insaya Allah jika pohon aren tumbuh di pinggir sungai sepanjang sungai Mahakam dan Hutan Bukit Lindung Soeharto maka saya yakin banjir setidaknya tidak akan berkurang,...Sekian mungkin nanti Saya lanjutkan

1 komentar:

Isilah dengan baik dan bertanggung-jawab